Kamis, 11 Agustus 2016

Sajak "Tersiksa"

seumpama di ujung sore ini aku terbakar
aku takut kenanga yang wanginya kucumbu disetiap awal pagi dan sepulangkerjaku 'kan merunduk lesu.
entahpun lesap hilang ikut terbakar

tapi,
hasratku, dan amarahku, bergejolah tinggi tinggi.

untung saja hatiku dingin.
maka kepala redam. menenggelamkan api.

seumpalah aku,
pecah disini, 'kutakutkan tak sekuncup kenanga 'kan lagi berkembang.
maka wanginya 'kan hilang.
maka aku 'tak 'kan lagi mencium wanginya yang magis itu.

ah,
aku tersiksa. sumpah demi seluruh kebaikan.
sumpah demi wanita-wanita beraroma kenanga yang suci,
aku benar benar tersiksa, tuhan.

kalian menyiksaku pelan pelan.
aku hendak menangis menulis sajak ini ditemani lagu paling pilu.

aku benar benar tersiksa.
tersikksa.

***

terlalu tersiksanya aku,

hendak 'kugoyang bumi ini.
langit hendak 'kujala.
angin hendak kuhimpun dan kuhempan kemana mana.
biarlah malu. dan malu 'kan kutelan bersama sampah sampah.

tapi,
aku terlahir dari rahim yang lembut.
mata ibuku yang binar coklat (yang lamat-lamat memudah kabur) bersama dengan putihnya rambut yang dahulu merah nyaris jingga.

karenanya, karena ibuku,
yang melahirkanku dengan kelembutan pula,
dengan tajamnya hasan di hatiku,

karenanya,
amarahku padam.
api dikepalaku surut,

hasrat ingin mengoyang bumi, luruh.

ya, tuhan,
aku tersiksa.
tersikka.

###

sajak "tersiksa" di sore 10 agustus 2016

Tidak ada komentar: