dinding-dinding menyaksikan,
diam bukam mulut ini, melukis kesunyian
ini bukanlah lukisan murka.
aku diam menutup mulut serapat-rapat terekat getah paling setan
aku diam sedang menyiksa(--mu)
pagi tidak ceria, malam tanpa tawa dan siang bungkam kembali menghimpun asa
asa yang hilang
tetapi kehilangan ini lebih hasan
sebab aku kembali fitrah hendak fitrah
dinding ini, tirai ini, meja yang sakit dan kain-kain yang merana dan entah apa lagi
mereka saksi. saksi patung yang paling jujur bahwa aku nyaris patung, dan mulutku bungkam laksana terekat rapat.
aku sedang menyiksa (--mu)
***
dan pagi, dan sore, dan malam, hilang tawa. menanggalkan tawa di angin sore kemarin,
aku menghabiskan waktuku bertapa
bertapa mencari kehasanan di antara ruas-ruas dosa yang mengalir --semilir bertebangan di sekitarku,
kehasanan harus dicapai, mencoba dengan lamat-lamat mengkapsulasi sumber dosa
sajak ... 22 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar