Minggu, 07 Agustus 2016

Sajak "Amarah"

dinding-dinding menyaksikan,
diam bukam mulut ini, melukis kesunyian

ini bukanlah lukisan murka.
aku diam menutup mulut serapat-rapat terekat getah paling setan

aku diam sedang menyiksa(--mu)
pagi tidak ceria, malam tanpa tawa dan siang bungkam kembali menghimpun asa

asa yang hilang
tetapi kehilangan ini lebih hasan
sebab aku kembali fitrah hendak fitrah

dinding ini, tirai ini, meja yang sakit dan kain-kain yang merana dan entah apa lagi
mereka saksi. saksi patung yang paling jujur bahwa aku nyaris patung, dan mulutku bungkam laksana terekat rapat.

aku sedang menyiksa (--mu)

***
dan pagi, dan sore, dan malam, hilang tawa. menanggalkan tawa di angin sore kemarin,
aku menghabiskan waktuku bertapa

bertapa mencari kehasanan di antara ruas-ruas dosa yang mengalir --semilir bertebangan di sekitarku,

kehasanan harus dicapai, mencoba dengan lamat-lamat mengkapsulasi sumber dosa

sajak ... 22 Juni 2015

Tidak ada komentar: