Minggu, 07 Agustus 2016

Sajak "Senjaku yang manis dirumah lama"

entah mengapa senja tadi tidak seperti senja bulan lalu ketika mataku tengadah ke atas langit.
padahal, keceriaan hati tidaklah berbeda.
nyaris seimbang meski saraf-saraf lelalu menahan shaum.

ah, tertawaku tertinggal, menempel dimana saja:
di dinding rumahku dekat jendela kaca hitam beraroma tua,
berdebu, ---yang sore-sore aku terbiasa menggoreskan telunjukku sekedar untuk melukis senyum didaun-daun kaca,
--yang setiap hujan sore hari tempatku berkaca dibawah hujan selepas bernostagia dengan alam dibawah pancuran disamping kamar, lantas berkaca di kaca jendela yang gelap itu dengan sepotong celana tanpa selembar pun kain di tubuh.

menari,
oh, bukan menari, tetapi mengolah kakiku menggerak-gerakkan --ber-shuffle di depan kaca di bawah hujan.

hujan yang menggairahkan, telah 'kutinggalkan disana.
senyumku lenyap di kaca-kaca.

mungkin dinding kamarku merindukan suaraku dimalam-malam seperti ini.

sekarang, senja sore, hujan sore, dinding-dinding, dan sepotong bayam kutinggal bersama keceriaanku disana.

disini, aibku terpecah.
kadang aku diam tanpa ekspresi. memerankan tokoh seperti gagah. dewasa terpaksa dewasa.

sementara yang muda tidak seperti muda tetapi seperti. tertawa tanpa sedikit rasa tidak perasa. seperti tanpa rasa.

senjaku, hujan sore, keceriaan di selembut suaraku tidak lagi kentara. berpura-pura aku tertawa.
meski terkadang tertawa juga.

sajak ... di malam 21 juni 2016

Tidak ada komentar: