pulang
sekolah kali ini, terlalu lama menunggu kedatangan angkutan sampai
didepan kami. kelelahan ini, dan kejenuhan ini masih bergelayut. aku
biasa duduk di bawah pohon *bacang, akar-akarnya menyembul keluar.
menjuntai keras kepermukaan. seumpama hewan, pohon ini bak gurita. aku
terbiasa duduk diatas akar-akar yang menjuntai itu. terkadang juga, aku
duduk di bawah pohon gori, yang
dibawahnya, dipakukan selembar papan dengan penyangga kecil terbuat dari
broti kecil dibawahnya, dan diujung lain papan itu disanggah dengan
sebatang broti yang cukup besar sebagai penyangga diujung lainnya,
hingga papan itu menyerupai sebuah bangku disekolahku.
terkadang aku juga duduk diteras warung, bercerita dengan yang lain,
yang terkadang Bi Misni juga ikutan nimrung bercerita sok akrab, seolah
faham gaya hidup kami di kampung.
dan disanalah, dibawah pohon
bacang itu, semula aku duduk sendiri sebelum akhirnya, Sabar, adalah
teman paling *gaya meski pantatnya, (kau tahu ? pantatnya ibarat
selembar papan),dimana daging-daging yang membungkus pantatnya hilang,
habis ditelan rokok. maka, kau tidak 'kan saja melihat betapa rampingnya
pantatnya itu, tetapi dadanya,dan bahunya, dan dibawah leher, dan
tangannya, kering kerontang tinggal tulang dan *kentut dimakan rokok.
(yah, dugaanmu benar, dia adalah teman *paling perokok) meskipun
sebenarnya, terkadang aku sering bermain-main dengannya, ntah pun
mencari *kemiri di gunung perladangan milik Pak Dabalok, seorang
pengusaha kaya dikampung kami.
Sabar datang bersama teman paling penjilat adalah Sukris, 'kuceritakan sedikit tentang dia.
Sukris adalah teman paling imut. Sukris adalah sainganku dimata
teman-teman perempuanku. tetapi, Ya Tuhan, dia terlalu dimanja
orangtuanya. ia harus pulang cepat, dia tidak boleh pulang larut malam,
dia tidak boleh main jauh-jauh dari kampung. dia ..
yah, tentu masih
banyak, tetapi waktuku, dan ruang ini tidak cukup untuk mengurai
tentangnya terlebih hidupnya kurang penting untuk diceritakan kali ini.
masih ada lagi, Ono adalah teman paling *Ndeso, Melan adalah teman paling pecundang, Mingan adalah teman paling misterius.
maka, jadilah kami semua: Sandra,Syahrul, Sabar, Sukris, Ono, Melan,
Mingan dan Aku, nimrung disini, di bawah pohon bacang besar ini
bercerita dan tertawa tentang *kegilaan.
tentang kegilaan
Syahrul, yang, astaga, gila luar biasa. 'Kulihat dia tersenyum menahan
malu, sekaligus terluka. dia duduk diatas akar pohon *Aren yang kering
disambar petir, yang berdiri tegak tanpa daun disamping pohon bacang
itu.
aku bisa merasakan kekesalannya, aku melihat itu dari
senyumnya, yang, sebenarnya, jika aku menafsirkan dia sedang sakit hati
sebab aibnya dikuak. aibnya mengurai disini, mengembang dan terpencar
pecah-pecah dihempas angin, hingga semua orang mengdengarnya.
tetapi aibnya itu menjadi lelucon paling lucu didunia, barangkali
melebihi lucu adegan pelawak ternama seperti Sule. kami tertawa, ngakak
lepas sesaat setelah Sabar membeberkan cerita memalukan tentang Syahrul
yang dengan kegilaannya seminggu lalu, mengoleskan, (maaf) spermanya di
seputar dada dan perut dan juga didagunya dengan alasan, katanya, untuk
obat penumbuh rambut.
siapa yang tidak tertawa mendengar cerita itu?
dan kegilaan itu, membuatku kegelian, terlebih, tiba-tiba aku ingat
kejadian malam minggu semalam, dengan pelan-pelan Sandra membisikkan
kepadaku begini:
"lepas selopmu!" sejenak aku bingung meski aku tetap menurutinya.
sesaat 'melepas *selop 'kuamati Sandra pelan-pelan mengangkat kakinya
dibawah kekawat dan tetali jemuran pakaian seperti hendak mencuri
sesuatu, dan setibanya di sana adalah di samping rumah berdinding bambu
itu tiba-tiba 'kulihat Sandra, Ya Tuhan, 'Kulihat dia menempelkan
wajahnya didinding itu.
Selesai
ditulis pada, Jum'at 30 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar