Jumat, 30 Mei 2014

Kegilaan di Warung Bi Misni (Bagian III)


malam telah melepaskan pijakan kakinya didepan pintu kamarku di pukul 0.25. kini aku teringat lagi akan cerita masa remajaku yang biru, walau terkadang abu-abu.
(untuk itu sempatkanlah waktumu sejenak saja membaca ceritaku ini). cerita tentang teman-teman kelabuku.

***
Adalah Chandra, (yang kemudian kami biasa memanggilnya, Sandra), temanku yang satu ini joroknya menyamai tikus malam yang mengendap-endap mencuri sisa makanan yang menggantung di plastik asoy disamping rumahku. (coba kau pikir, betapa najisnya dia, yang dengan teganya mengelapkan jarinya yang basah dengan kotoran hidungnya kebajumu. ia terbiasa mengupil diangkutan, ketika pulang sekolah, diruang kelas ketika sedang tidak ada guru dan kemudian mengelapkannya ke mukaku, ntah pun menjejalkan kemulut siapapun teman disampingnya.
aku pernah dengan spontan meninju matanya sesaat setelah ia mencolekkan jari telunjuknya yang kotor itu ke pipiku. lalu kemudian kami bermusuhan,sebentar, hanya beberapa jam, setelah itu kami berbaikan kembali dan cerita konyol-konyol yang terkadang justru tidak masuk akal.

aku ingat semua tentang temanku ini. kulitnya hitam nyaris berminyak. sebenarnya, jika boleh 'kukatakan kulitnya itu hitam eksotis untuk ukuran asia, meskipu, terkadang aku jijik berdekatan dengannya sebab kulitnya yang berbinyak itu terkesan seperti tidak mandi.
dia, temanku ini adalah temanku yang abu-abu sekaligus gila, meski pun dia tidak sepolos, ntah pun tidak sebodoh teman kami yang lain adalah, syahrul. nanti akn aku ceritakan tentang temanku yang satu ini, teman yang gilanya,( ah, sudahlah, nanti juga kau 'kan tahu).

sebenarnya, jika aku boleh mengatakan bahwa kami adalah teman yang paling cocok didunia.

yah, cuma mereka inilah teman dikampungku. sebab mereka berdua adalah teman paling pas dalam bergurau meskipun gila luar biasa. aku meninggalkan teman-temanku yang lain, dimana temanku yang lain adalah penjilat, adalah *medok, dan, sok suci.

***

kali ini aku diuji. benar sekali, imanku benar-benar diuji. persis malam minggu, pukul 21 lebih sedikit aku hendak pulang dari *kongkow-kongkow dan hendak tidur melepas lelahku disiang tadi. tetapi, Sandra melarangku. dia membisikan sesuatu "man, mau ikut,nggak?" sergahnya. mulutnya yang lancip mendarat di telingaku.
"kemana?"
"mau, nggak kau?"
"kemana dulu, ni?"
"ntar kau tau, mau ikut nggak?" Sandra mengancam.
menjadi anak remaja itu tidak selamanya menyenangkan. pada masanya akan menjumpai waktu dimana emosi kita 'kan diuji, hasrat keingintahuan sulit untuk dielakkan. begitulah yang aku rasakan malam itu. antara malas, sekaligus penasaran.

ingin rasanya menolak ajakkan temanku ini, tetapi, (kau tau sendirikan, bagaimana hebatnya rasa penasaran seorang anak remaja seusiaku dulu?) aku penasaran. rasa penasaran itu di ujung kepalaku hendak terbang tinggi, nyaris pecah. aku tidak mampu menolaknya. padahal, malam itu dingin, angin pegunangan yang basah mengalir menusuk. tapi aku tidak segera pulang.(hem, ya, seperti dugaanmu), aku mengikuti ajakan Sandra.

maka, Sandrapun mengajakku ke sudut kampung didekat perkebunan jagung milik Tulang Marbun. di depannya, berdiri rumah berdinding bambu, atap *rumbia. kami mendekati rumah itu. "sssstttt..., pelan-pelan" tiba-tiba Sandra memberi kode kepadaku dengan. sontak langkahku terhenti di belakangnya. lalu, diam-diam aku mengamatinya melangkah menuju rumah itu. aku masih bingung apa yang akan ditunjukkannya kepadaku.

#bersambung

ditulis pada Selasa, 27 Mei 2014

Tidak ada komentar: