Senin, 09 Juni 2014

Sajak 'Minggu Sore Yang Panas'


sore yang kering di akhir minggu awal juni
bumi menguar panas
gedung-gedung menguap
tanah kering berbatu menghempas debu dan panas mengembara

tubuhku basah.peluh bercucuran mengalir melalui pelipis dan membasahi sesudut tubuhku.
meskipun air yang 'kusiram,meskipun kepala dan tubuh kuyup dengan airnya
masih belum juga melepaskan kegerahan

pun, hingga 'kutanggalkan bajuku dan celana yang menggantung dipinggang.
kegerahan ini, hawa panas yang hembus dari gedung-gedung
belum juga luruh dan pergi.

tak ada pepohon tinggi
tak ada dedaun yang menghalau
panas mentari memecah didinding batu rumah ini

panas.
panas.
semua lengah.pepohon pelindung digarap kandas
kembang sepatu, kembang kenanga, ntah juga kembang mawar dan kekembang yang lain, mati.
ntah lantaran 'tak ada ruang disisi rumah.
semua terganti gedung-gedung laknat.

maka sore 'kuhabiskan waktuku
duduk ditepi kampung ditanah perkebunan *serai yang mungil diapit gedung berwarna sombong

sepoy angin meniup rambutku.
aku duduk diantara tanaman serai ini.
aroma khasnya tercium menggelora
membangkitkan imajiku
melepaskan kemarahan dari rumahku yang panas

dikebun serai ini
kurasakan kedamaian sore dari wangi dedaunan serai yang lambai tertiup angin.

ditulis pada Minggu, 8 Juni 2014

Tidak ada komentar: