Kamis, 22 Mei 2014

gelap di depan rumahku

hanya cat putih dinding rumahku ini yang terlihat.
wajahku gelap. pintu rumahku telah 'kubuka 90 derajat tapi gelap di dalam belum juga terbalas.

sementara matahari mulai lamat-lamat tertidur dibalik awan di atas sana. rembulan sombong mencibir malam.

hawa siang tadi belum lepas dari bumi ini, masih bergelayut  berpacaran dengan bayu dan menjilati tubuhku.
maka kan kau lihat pelipisku basah. keringat mengalir perlahan melalui leher dan tumpah di dadaku hingga kering tersapu baju putihku.

dan kegelapan ini, aih, kurasakan hangat kegelapan ini memperkosa malamku.
listrik kiamat.
matilah kau. aku tidak perduli meskipun, meskipun temaram disampingku seperti pintu neraka.
panasnya menggelora dan pejabat listrik negara dinegeri ini abay.
"semoga kalian cepat masuk surga'' bathinku
aku tidak marah tapi aku benci.
oh,Tuhan, hanya cat dinding rumahku ini saja yang terlihat.
atap-atap rumah disamping rumahku gelap. daun, entah ujung dahan pohon mangga, ntah juga pelepah palem, ntah pun dahan pohon rambutan, yang remang membayang melambay-lambay santun di seberang sana.
hanya merekayang awas dari mataku. selebihnya, bahkan wajahku pun lesap digelap malam diteras rumah.
meski,sepoy angin dari sudut rumahku meniup lembut, tapi kegelapan ini menguras tubuhku, maka peluh ini mengalir perlahan.hingga tubuhku basah, sekejap kering disapu baju


ditulis pada Rabu malam 21 Mei 2014

Tidak ada komentar: