tidak
jarang dia marah dengan, ntah dengan menampar pipi anak-anak hingga
bibirnya berdarah, ntah juga mencubit sekeras mungkin di dada anak-anak
yang bermasalah hingga membiru.
aku pernah melihatnya menampar
siswaku persis didepanku. aku ingat sekali dengan jelas tamparan itu
berbunyi 'pak, pak,pak' tiga kali di pagi disaat ujian akhir semester.
suasanya ruang sejenak patung. keceriaan
dinding kelas itu kemudian meremang. bangku-bangku dan papan tulis, dan
aksesori kelas menyaksikan kekeran itu. suara tamparan diwajah anak itu
menggaung dan mengabur samar-sama di ruangan. selepasnya, dia marah,
"kau pikir ini sekolah bapakmu??" katanya dengan cepat.
bathinku
teriris dan hendak menendang meja di depanku. seumpama 'kau lihat aku,
pastilah 'kau takjub denganku dimana aku, ntah duduk ntah jongkok dengan
tangan mencoba menarik bangku dibelakangnya hendak duduk.
tapi... ,
ya, tapi, ...
ditulis pada Jum'at 16 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar