Jumat, 30 Mei 2014

Kegilaan di Warung Bi Misni (Bagian II)

dan dagangan Bi Misni yang demikian itulah makanan kami mulai dari sarapan hingga makan siang.

bisa dikatakan warung Bi Misni ini adalah warung lelaki. coba, lihatlah! kamu 'kan bisa menghitung berapa jumlah pembeli siswa perempuan diwarung Bi Misni itu.

tahu,kah kamu mengapa pembeli diwarung itu lebih banyak lelaki daripada perempuan? 
baik, akan 'kuceritakan padamu.

***
jarum jam baru saja berhenti dipukul 7.15 pagi ketika kami turun dari angkutan, dan bergegas di warung itu.
Bi Misni baru saja mengangkat sayur lontong dari dapurnya, astaga, (kumohon, jangan kau pikir aku mata keranjang. aku tidak sengaja melihat ini), resleting rok Bi Misni terbuka dibelakang dan tampak celana dalamnya mengintip kami dari sana. baju ketatnya tidak penuh menutupi pinggang. padahal, perut Bi Misni itu tidak menarik dilihat dan wajahnya pun terlalu *ndeso.

(masih ada lagi. jangan kau bergegas dari cerita ini sebelum selesai. sebab cerita ini terlalu sayang kau lepaskan). terlebih pagi ini, langit remang diatas sana, meski gerimis tadi telah selesai tapi hawa perbukitan, dimana angin dari sana lambai-lambai meniup dedauan kelapa **GKN di samping rumah Bi Misni.

seperti biasa, temanku, Chandra adalah temanku yang nanti 'kan 'kuceritakan juga tentang anak cebol berfikiran kelabu ini. dia meraba sakunya dan masuk ke dalam warung, lalu "Emi, Bi, Pakai sayur, nggak pakek lontong." katanya langsung memesan.

Bi Misni pun kemudian mengambil mangkuk di dalam etalase yang penampilannya kumuh. mangkung plastik berwarna coklat muda, masih berminyak.
biasanya, Bi Misni mengelap mangkuk-mangkuk itu dengan kain lap bekas baju putrinya yang centilnya melebihi biduan malam di acara *kibotan pesta perkawinan warga *pondok.

persis, Bi Misni mengelap mangkuk itu dengan kain bekas baju putrinya.

pesanan Chandra sedang diselesaikan. aku berdiri di samping etalase untuk membayar hutang. lagi, tanpa sengaja bulu ketiak Bi Misni menyembul dari baju ketatnya. aku menoleh dari sana sembari pura-pura sibuk agar tidak merasa ngerih. sebab, jika aku ngerih kemungkinan aku akan meninggalkan warung ini ketika itu entahpun selamanya. sementara warung ini, dan Bi Misni itu pula, adalah harapanku agar 'ku bisa mengganjal perutku disekolah terlebih ketika sakuku sedang miskin.

maka, kepura-puraanku tepat. lalu, "Nah, Sandra. Wes siap iki" 
"Iyo, Bi" saut Chandra. ia menjemput pesanannya. 'kulihat dia memberi kode kepadaku dengan alisnya ke arah resleting Bi Misni yang terbuka. aku tersenyum kegelian.

#bersambung

ditulis pada Minggu, 25 Mei 2014

Tidak ada komentar: