Sabtu, 21 Agustus 2010

Menanti Kata-kata

Oleh Amirah Syifa

Namaku Dewi. Aku memiliki teman, namanya Maya. Dia baik, dia ramah. Tapi maaf, tidak satupun dari teman-teman di sekolahku yang betah jika berbicara dengan Maya. Sekalipun, seperti yang ’kukatakan bahwa Maya adalah anak yang baik dan ramah, tapi sayangnya ia memiliki kekurang dalam berbicara. Dan, dari teman-temanku di sekolah, Egi-lah teman sekelasku yang paling ceroboh, paling tidak bisa menghargai orang apalagi harus menghormati orang lain. Egi adalah temanku yang paling sombong.

Pagi setelah bel masuk berbunyi, Egi dengan tergesa-gesa menghampiri Maya.
”May, aku pinjam bukumu karya Enid Blyton”, cerocos Egi kayak bebek kelaparan.
”Ya..yang ma.. mana?” kata Maya. Egi langsung memotong kata-kata Maya.
”Aku mau pinjam yang judulnya, ’Harta Karun Rockwell’.”
”O.., ada. I.. ini.” kata Maya.
Egi mengambil buku itu dan langsung berlalu menuju mejanya.

Aku sebenarnya kasihan melihat Maya, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Dan sesaat setelah Egi kembali ke mejanya, Bu Tanti, guru bahasa Indonesia sudah berdiri di mulut pintu. Segera kami berlarian kemeja masing-masing. Pelajaran pertama hari ini pelajaran Bahasa Indonesia. Bu Tanti menyuruh kami membuat puisi untuk dibacakan di depan kelas. Tapi yang membuatku bingung, Bu Tanti memberikan waktu yang cukup lama, 3 minggu. Aku merasa waktu itu memang terlalu lama, mengingat tugas yang diberikan hanya membuat puisi.
***
Tiga minggu telah berlalu, tibalah saatnya puisi-puisi yang ditugaskan kepada kami segera akan dibacakan oleh setiap murid di depan kelas. Beberapa murid telah selesai maju, kini tiba giliran Maya untuk membacakan puisinya di depan kelas. Semua bebisik-bisik. Semua mengira Maya tidak akan mampu dan akan tereliminasi. Jantungku berdebar kencang, berdebar-debar menanti maya membacakan puisinya.

Meskipun aku tidak sempurna
Dan tidak memiliki 100 teman
Tapi aku memiliki satu sahabat
Yang selalu menanti kata-kataku dengan sabar.

Seketika suasana riuh dengan tepuk tangan. Maya membacakan puisinya dengan lancar. Tanpa terbata sedikit pun. Kini aku mengerti mengapa Bu Tanti memberikan waktu yang cukup lama untuk kami.
Maya duduk kembali ke bangkunya. Aku menoleh kepadanya, kulihat ia tersenyum lebar kepadaku. Dan..
”Te..terimakasih” kataku
”Loh, Kok jadi aku yang gagap?”
”hahahahha....” tawa kami pun pecah.

Medan, 5 Agustus 2010

Amirah Syifa adalah siswi kelas VII-2 SMP NIS Medan

Tidak ada komentar: