Sabtu, 21 Agustus 2010

Kehilang Buku

Oleh Risky Kurniawan

Suasana kelas berisik. Ditambah dengan cuaca hari ini membuat kulitku terasa panas. Aku tidak bisa bersikap tenang, padahal saat ini adalah pelajaran yang paling aku suka, Biologi.

Ohya, aku lupa, namaku Risky Kurniawan. Tapi aku paling suka dipanggil dengan sebutan ‘awan’. Tidak tau kenapa, mungkin karena awan berada di atas, dan aku ingin selalu di atas. Menjadi juara di kelas dan berprestasi di sekolah. Mungkin ini yang aku maksudkan.

Beberapa menit lagi bel pulang sekolah berbunyi, aku masih tekun memerhatikan pelajaran siang ini. ’kulihat Bu Heny, guru Biologi kami itu terlihat kelelahan menjelaskan pelajaran. Sedang teman-temanku di belakang tidak berperasaan, mereka bermain-main. Seperti anak kambing yang baru mendapat susu. Malah mereka sibuk memainkan buku Biologiku. Mereka mengoper sana-sini dan menyimpan bukuku itu dari laci kelaci.

Semula aku santai, karena ’kupikir itu hanya permainan. Tidak perlu direpotkan.
Aku masih mendengarkan Bu Heny menjelaskan pelajaran, dan sesaat kemudian.
”Teeeeett....” bel pulang pun berbunyi. Tiga kali. Keras-keras. Panjang-panjang Kupingku sakit mendengarnya.

Bu Heny pun mengakhiri pelajaran. Aku lupa dengan bukuku. Dan kami pun segera berdoa sebelum pulang supaya proses belajar mengajar hari ini menjadi berkah. Begitu kata guru-guru kami di sekolah ini. Sekolah Namira. Ohya, maaf, aku lupa, aku duduk di kelas VII-2, dan kata sebagian teman-temanku yang baik, akulah siswa yang paling tampan di kelasku. Hehe....
***
Malamnya, aku kebingungan. Pikiranku kacau tak keruan. Aku baru sadar buku Biologiku tidak ada di dalam tasku. Aku bolak-balik isi tasku, aku bongkar seluruh barang yang ada di dalam tasku, lalu kususun lagi, aku keluarkan lagi. Persis, aku seperti orang tolol, aku seperti... oh, lala, aku kacau.

Sekali lagi aku keluarkan isi tasku, dan kususun kembali, ternyata buku Biologi itu tak juga ’kutemukan.
”Kacau...” aku menggerutu kesal.
Oh, ya, aku ingat sesuatu. Aku mengingat teman-temanku mempermainkan bukuku tadi siang. Aku baru sadar juga, kalau teman-temanku adalah orang-orang yang suka bercanda, suka tertawa, suka bermain bola, dan juga suka eek di celana. ’Uhh.... awas, kalian. Aku kempesi perut kalian’

Besoknya, sesampainya di sekolah. Aku tanyai satu persatu teman-teman usilku itu. Mereka tertawa. ’Tidak lucu’ pikirku. Aku geledah laci meraka, tas mereka, di dalam baju mereka, dan.., ohya, sepatu mereka. Ups... keterlaluan. Sepatu mereka bau seperti bau belacan. Aku mau muntah.
Mereka tertawa-tawa. Mereka memang usil. Lalu kutanya teman yang perutnya gendut yang duduknya disudut sana.
”Hey, Mameg, kalian simpan dimana buku Biologi ku?”
”Lah, mana aku tau.”
”Tolong lah, jangan main-main, sebentar lagi masuk ni. Kalain kan yang main-mainin bukuku kemarin?” tanyaku lagi. Aku mulai kesal.
”Iya, tapi aku ga ada pegang bukumu.”
”Jadi siapa?”
Semua diam. Tidak ada yang mengaku.
”Ayolah Mameg, coba tengok lagi di tasmu, siapa tau terselip di dalam.” aku membujuk Mameg.
”Nah, tengok aja, pasti ga ada.” kata Mameg. Sebenarnya bukan itu namanya, tapi wajahnya yang lucu membuat kami memanggilnya dengan sebutan Mameg. Entah kenapa, kami sendiri tidak tahu, anehnya ia juga tidak keberatan dipanggil begitu. Nama sebenarnya adalah Surya.
***
Aku kewalahan mencari buku Biologi itu. Sampai minggu selanjutnya, buku Biologiku belum juga ’kutemukan. Aku dimarahi Bu Heny karena tidak membawa buku. Biliau pikir aku malas, padahal semua orang tau bahwa aku adalah siswa paling rajin di kelas ini.
”Kenapa kamu tidak membawa buku?” tanya Bu Heny agak marah.
”Buku saya hilang, Bu?
”Hah! Kenapa bisa hilang?” Bu Heny setengah mendelik.
”Hilang di mana?” tanyanya lagi.
”Di dalam tas Bu?”
”Di dalam tas kenapa bisa hilang?” Bu Heny makin heran.’Buku di dalam tas kok bisa hilang’ bibir Bu Heny seperti bicara. Lebih tepatnya komat-kamit seperti bibir dukun palsu. Lalu,
”Ayo, jawab dengan jujur, siapa yang mengambil buku Risky, ayo jawab!”
”Siapa yang mengambil?” tanya Bu Heny lagi.
”Ga ada, Bu” Sahut Mameg.
”Bu, si Mameg, Bu, yang memain-main buku saya minggu yang lalu?” Risky komentar
”Mameg?” Bu Heny heran mendengar nama itu.
”Surya, bu, maksud saya.” kata Risky menjelaskan.
”Ayo Surya, jawab dengan jujur, di mana kamu sembunyikan buku Risky?”
”Saya tidak akan menghukum kamu jika kamu berkata jujur. Kasihan teman kamu tidak bisa belajar kalau tidak ada buku.” Kata Bu Heny lagi.
”Iya, bu, tapi saya tidak ada menyembunyikan buku Risky, bu?”
”Jadi siapa?” Bu Heny makin kesal.
”Baik, Ibu tunggu kejujuran kalian, kalau kalian ada yang menyembunyikannya, kalian berikan kepada saya. Saya berjanji tidak akan menghukum kalian.”

Seminggu kemudian, aku tanyakan lagi kepada Surya.
”Gimana, Meg, ada kau dapatkan bukuku itu?”
”Ga. Aku pun ga tau dimana bukumu.”
”Jadi siapa kira-kira yang menyembunyikan bukuku?”
”Mana aku tau?” Surya mengangkat bahu.

Risky mulai putus asa. Sudah tiga minggu ia belajar tidak menggunakan buku. Dan akhirnya ia pun pasrah. Ia mulai mengikhlaskan buku Biologinya itu. Sebagai gantinya, ia meminjam buku Surya untuk difotocopy. Dan Risky pun belajar Biologi dengan menggunakan buku fotocopy itu.

Medan, 5 Agustus 2010

Risky Kurniawan adalah siswa kelas VII-3 SMP NIS Medan

Tidak ada komentar: