Rabu, 12 November 2008

Sebaris doa…

Oleh. Armand ‘Lariflateen’ S

Sebaris doa telah kuurai dalam setiap tatap.
Telah kuurai dalam setiap sujud, dan
Bahkan di setiap kaki melangkah,
di setiap raga ini Terduduk dan terdiam.

Telah kuurai dalam setiap sujudku dan
bahkan di malam-malam yang bungkam,
Di malam yang telah begitu tua setelahku terjaga dari tidurku yang
singkat.
Dan Telah kuurai dalam setiap hembus nafas.
Tapi ada apa dengan sekeping hati yang tak pernah putih, yang
kini mulai di seruput bintik-bintik hitam yang tak pernah hilang.

Sebaris doa telah kuurai dalam setiap sujud, dalam
Setiap hembus nafas.
Tapi mengapa, hati ini tak segera sejernih embun di
daun-daun Di pagi-pagi yang basah.
Tapi mengapa hati ini tetap fadihat.

Sebaris doa telah kuurai dalam setiap sujud, dalam
Setiap hembus nafas, dan
bahkan ribuan kata telah kuurai dalam selaur Doa,
tapi mengapa hati ini kumuh, dan
tenggelam dalam kumparan kepalsuan.
Karam dalam nafsu yang tak pernah sudah,
yang tak segera ringkih dan Mati.

Sebaris doa telah kuurai dalam setiap sujud, dalam
Setiap hembus nafas.
Tapi mengapa segalanya hanya seperti angin, yang
Lewat begitu saja tanpa mampir memberi salam.
Tanpa memberi kecerahan.
Tatap saja tawar.
Ya, Rabb, ada apa ini?
Letakkanlah tanganmu di atas kepalaku, agar
hitam di kepalaku, agar kelabu di hati, segera mati.
Agar hitam di kepalaku tak mampu berkutik.

4.00 Wib.
Medan, 21 Okt 2008.

2 komentar:

MAHA SUCI ENGKAU mengatakan...

BAMBANG SUWITO S.KOM

SALAM DOA PEMBUKA
(untuk sang khalik)

Menatap lepas di tengah samudra
napas terengah di atas savanah
duduk bersujud diatas gunung
melepas keluh di dalam hening
menatap luas sang cakrawala

Mengangkat kepala menatap bintang
melipat tangan sembari berdoa
kupejam mata, ku lepas khayal
ku meminta dalam keheningan.

seuntai kata mulai terucap
sejuta harap mulai dirangkai
sejuta harapan mulai di rasa
untuk memohon kemurahanya

di dalam jiwa yang rendah
diatas ego yang menyelimuti
seorang hamba meminta belas kasih

tersentak hanyut didalam hayal
melepas senyum diatas singgasana
membuka jemari untuk dierat
menanti janji yang telah di beri


thank u allah
yang telah memberi keindahan
ketenangan jiwa
kemulusan jalan
kemudahan rizki
menjadikan diri orang yg berbudi

thank u allah atas rahmat yg dibri
menjadi kan diri hamba yg berfikir

Larifl mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.