Rabu, 12 November 2008

Harga Minyak Dunia Turun, Kenapa BBM Belum Juga Turun?

Oleh: Armansyah

Perbincangan tentang BBM, saat ini semakin menarik untuk di angkat. Pasalnya, sama-sama kita ketahui bahwa harga minyak mentah dunia saat ini turun dan bahkan turunnya tidak tanggung-tanggung, yakni mencapai 62,33 dolar AS per barelnya(kompas.com, Selasa, 28/10/08). Namun anehnya, ketika harga minyak mentah tersebut turun, harga BBM tidak segera turun. Nah, apa masalahnya?
Dalam hal ini pemerintah adalah salah satu yang harus bertanggung jawab. Akan tetapi apakah semudah itu, pemerintah akan menurunkan harga BBM nasional, mengingat harga minyak dunia sudah turun? Oh tidak. Kita seharusnya tidak semestinya menuding bahwa pemerintah kurang atau bahkan tidak becus mengurus negara ini. Kita sering mangataka semisal begini: ‘Harga minyak dunia turun, kok¸ BBM nggak turun-turun?’ pemikiran semacam inilah yang seharusnya perlu kita jauhkan. Tahukah? Bahwa pemerintah, dalam membuat suatu kebijakakan tidaklah semudah yang kita bayangkan. Pemerintah membutuhkan koordinasi antara jajaran atau segenap pejabat yang membantunya dalam menangani masalah negara. Seperti misalnya dalam mengambil keputusan untuk menurunkan harga BBM, karena hal ini adalah tanggungjawab Menteri ESDM yang kemudian akan di koordinasikan dengan Menkeu, semua kabinet, lalu disampaikan kepada Presiden(Analisa, Senin, 27/10/08). Atau mereka menteri-menteri yang lainnya yang memiliki wewenang dalam hal ini, kita katakan saja begitu. Banyak pula faktor, kenapa pemerintah tidak segera menurunkan harga BBM yang jelas memusingkan kepala. Coba bayangkan, jika seandainya pemerintah buru-buru mengatakan kepada masyarakatnya
yang lebih kurang begini: ‘Baiklah, Harga BBM sekarang di turunkan menjadi sekian-sekian, mengingat harga minyak dunia sudah turun,’ namun beberapa bulan kemudian, sebulan kemudian, atau bahkan seminggu dan beberapa hari kemudian, harga minyak kembali naik. Coba kita pikirkan, apa yang akan terjadi. Konsekuensinya adalah tentu pemerintah juga akan kembali menaikkan harga BBM nasional mengingat harga minyak mentah dunia kembali naik. Jika itu sempat terjadi, situasi negara bukan makin membaik malah akan semakin rusuh. Apa kita mau, tiba-tiba negara kita semakin rusuh hanya karena BBM naik lagi? Tidak, kan? Nah inilah yang di takutkan oleh pemerintah selaku orang yang memiliki wewenang dalam mengatur segala hal di dalam suatu negara. Dan ke takutan itu barangkali bisa menimbulkan persoalan-persoalan baru yang nantinya bakal membuat kondisi dalam negeri semakin ricuh.

Percayalah, permerintah pasti akan segera menurunkan harga BBM nasional jika sudah memungkinkan untuk di turunkan. Sebab, pemerintah dalam membuat suatu keputusan tidak segampang membalik telapak tangan. Masih ada tahap-tahap yang harus di lalui. Dalam hal ini, saya tidak begitu paham, saya hanya sedikit memberi gambaran-gambaran kecil, terutama dalam hal BBM ini.

Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bahwa pemerintah, dalam membuat keputusan untuk menurunkan harga BBM nasional, perlu mempertimbangkan empat hal, demikian menurut wakil Presiden Yusuf Kala (JK) dalam kompas.com edisi minggu 26 Oktober 2008. Di antara keempat hal tersebut adalah: yang pertama, harga minyak dunia. Artinya apa? Bahwa harga BBM nasional turun jika harga minyak di pasar dunia menjadi turun, akan tetapi juga akan kembali naik jika suatu waktu harga minyak di pasar dunia kembali naik. Saya pikir ini lumrah. Kedua, hal ini berhubungan dengan nilai tukar rupiah. Anehnya, ketika harga minyak dunia turun kenapa nilai rupiah malah turun. Entahlah. Saya tidak begitu paham tentang pasar uang dan segala tetek-bengeknya maka saya pikir, saya lebih baik diam untuk hal yang satu ini daripada nantinya salah memberikan defenisi. Akan tetapi satu hal yang perlu di ingat bahwa melemahnya nilai rupiah, yang terakhir saya dengar hingga mencapai level Rp. 10.000-an, mengakibatkan harga riilnya juga harus ikut-ikutan naik(Kompas.com, Minggu, 26\10\08).

Faktor yang ketiga adalah jumlah subsidi yang telah di tetapkan. Dan secara otomatis, jika harga minyak turun maka konsekuensinya adalah bahwa jumlah subsidi mau tidak mau juga turun (Analisa, Senin, 27/10/08). Faktor yang terakhir adalah penghitungan harus dilakukan berdasarkan harga rata-rata per tahun.
Maka jelas, pemeritah tidaklah mudah dalam membuat keputusan mengingat banyak faktor yang harus di pertimbangkan. Kita memang menganggap bahwa ini adalah persoalan gampang yang mudah di putuskan, tidak demikian. Berbicara memang mudah akan tetapi sulit untuk merealisasikannya. Untuk itulah, alangkah bijaksananya kita, selaku masyarakat yang baik adalah bersabar. Percayalah bahwa pemerintah tidak akan menyengsarakan rakyatnya, pemerintah tentu akan mengupayakan bagaimana masyarakatnya hidup makmur tanpa kesulitan-kesulitan yang memusingkan. Namun, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Tentang BBM kapan akan secara pasti di turunkan, itu hanya pemerintah yang akan menetapkannya sudah pasti. Tetapi yang jelas, ketika harga minyak mentah dunia turun, maka harga BBM nasional pun akan turun, itu sudah pasti.

Jadi jika di tanya kapan waktunya? Sabar! Toh, nanti kita akan tahu kepastiannya. Kita hanya perlu bersabar dan menunggu. Saya yakin pemerintah akan memberitahukan kepada publik. Namun, apakah keputusan pemerintah nanti akan memuaskan rakyatnya? Entahlah. Semoga saja keputusan yang akan di keluarkan nanti sangat memuaskan untuk kita. Somoga saja harga BBM yang di tetapkan akan memuaskan. Semoga saja. Sebab bosan juga dengan harga yang sulit untuk di terima. Maka, kita tunggu saja. Bersabarlah!

Medan, 29 Oktober 2008

Tidak ada komentar: